Saturday, September 25, 2010

isri pamanku

Sedarah : 002 : ISTRI PAMANKU YANG MENGGAIRAHKAN
[ Score: 6.94, Vote: 230 ] -
Ma, minta susu...! teriak seorang bocah kepada mamanya.
"Iya bentar!" teriak mamanya dari dalam kamar.
Bocah kecil tersebut adalah anak dari mama yang disebut tadi. Kita sebut saja namanya Ras. Ras merupakan istri dari abang mama saya, mengertikan? Jadi saya seharusnya memanggilnya bibi, tapi karena suatu alasan, dia kami panggil Mbak dan dia tidak keberatan kok dipanggil begitu. Suaminya saat itu bekerja di luar negeri dan dia ditinggal di rumah mertuanya yaitu nenek saya. Suaminya telah lama pergi dan hanya pulang sekali dalam setahun.

Pada saat itu umur saya baru akan menginjak 17 tahun, dan sekolah di salah satu perguruan swasta di kota saya dan pada saat itu sekolah kami sedang libur, jadi otomatis di rumah sepi karena semua penghuni rumah sudah keluar entah ke mana. Di rumah kami tinggal bersama nenek, dan 5 orang sepupu saya yang tentu saja lebih kecil dari saya semuanya.

Jam baru menunjukkan pukul 9.00 pagi. Nenek saya sedang pergi ke pasar dan biasanya bila beliau ke pasar tidak pernah sebentar. Kelima sepupu saya sudah keluar dari tadi pagi jadi yang tinggal di rumah cuma saya dan Mbak Ras serta anaknya yang baru berumur 5 tahun. Saya dan Mbak Ras bisa dibilang sangat dekat, karena kami sering berbicara dan bercanda bersama. Jadi di antara kami berdua sangat terbuka. Namun pada saat itu saya tidak berani berbuat macam-macam kepadanya, tapi kalau berpikir macam-macam sih pasti ada, he he he.
"Ma, buatkan susu dong!" celoteh bocah tadi menagih janjinya tadi.
"Iya, nih tiap hari minum susu aja. Susu mahal tau!" mamanya menyodorkan sebotol susu kepada anaknya dan diterima anaknya dengan gembira tanda bahwa dia tidak mau mengerti tentang kemahalan susu.

Memang anaknya setiap bangun tidur dan sebelum tidur selalu meminta susu. Kebetulan lagi pada saat itu saya baru selesai sarapan pagi dan timbul keisengan saya untuk bercanda kepada Mbak Ras.
"Saya juga minta susu dong Mbak!" kata saya sambil menyodorkan gelas kepadanya.
"Eh.. loe itu udah gede, itu kan susu buat anak-anak", balas Mbak Ras.
"Lho, jadi kalau udah gede gak boleh minum susu?" tanya saya sambil pasang muka tak berdosa.
"Bukannya nggak boleh, tapi itukan susu buat anak-anak", tegasnya sekali lagi.
"Jadi yang buat orang dewasa mana?" tantang saya kepadanya.
"Ini!" sambil menunjuk kepada buah dadanya yang sepertinya cukup besar dan padat itu.
Terang saja saya terkejut, dan saya pun malu karena dia tidak biasanya bercanda sampai begitu.

Sebenarnya saya tahu kalau dia itu sebenarnya sudah sangat haus dengan seks. Bayangkan saja selama hampir setahun tidak berhubungan dengan suaminya, siapa yang tahan. Dan argumen saya ini juga telah saya buktikan. Kebetulan kamar saya yang berada di lantai 2 tepat di atas kamar mandi, dan lantai 2 hanya berlantaikan papan jadi iseng-iseng saya melubangi papan itu biar bisa mengintip orang mandi. Saya sering mengintip Mbak Ras mandi dari lubang itu dan saya lihat bahwa Mbak Ras sangat sering merangsang dirinya sendiri di kamar mandi, misalnya dengan memijat-mijat dadanya sendiri dan mengelus-elus kemaluannya sendiri. Jadi dari itu saya mengambil kesimpulan kalau dia sering terangsang.

"Kok bengong? mau minum susu nggak?" ucapnya membuyarkan lamunanku.
"Apa masih ada? anak Mbak kan udah lima tahun?" jawab saya menetralisir kekagetan saya.
"Gak tau dech.. kamu coba aja, hehehe... udah dech.." katanya sambil melewati saya menuju kamar mandi kemudian berbisik sekilas kepada saya.
"Pintu kamar mandi nggak Mbak kunci."
Terang saja saya senang sekali, soalnya saya sering baca buku porno dan pernah berkhayal kalau saya melakukan hubungan badan dengan Mbak Ras dan sepertinya sekarang bisa terwujud. Saya membuka pintu kamar mandi perlahan dan saya lihat Mbak Ras sedang membelakangi saya menggantung pakaian yang akan dipakainya. Dengan perlahan juga saya tutup pintu kamar mandi dan menguncinya tanpa suara.

Saya melihat Mbak Ras mulai membuka baju tidurnya tanpa membalikkan tubuhnya. Sepertinya dia tidak sadar kalau saya sudah berada di dalam. Setelah baju dilepas kemudian tangan saya menuju ke pengait BH-nya bermaksud membantu membuka BH-nya. Dia kaget karena tiba-tiba ada orang di belakangnya namun setelah mengetahui bahwa yang di belakangnya adalah saya dia tersenyum dan membiarkan saya melanjutkan kegiatan saya. Setelah BH-nya terbuka saya kemudian melemparkannya ke tong tempat baju kotor.

"Mbak, susunya boleh saya minum sekarang", tagih saya kepadanya.
Dia hanya mengangguk dan kemudian membalikkan badannya. Terlihatlah olehku dua buah tonjolan di dalamnya yang selama ini belum pernah saya lihat secara langsung. Sebelumnya saya hanya mengintip. Kemudian dia menyodorkan dadanya kepada saya dan dengan cepat saya sambar dengan mulut saya. Dia hanya mendesis tidak jelas. Lama saya menghisap dan menjilat kedua dadanya membuat dia terus menggelinjang dan menjambak rambut saya. Dadanya kanan kiri secara bergantian menjadi korban keganasan lidah saya.

Mbak Ras kemudian secara lembut membuka kaos saya dan tanpa saya sadari kaos saya sudah terlepas. Mungkin karena keasyikan meminum susu alam. Sementara tangan saya yang kiri mulai meraba-raba perutnya sedangkan yang kanan mengusap-usap dadanya yang sebelah kanan. Sementara mulut saya dengan menjulurkan lidah keluar mempermainkan puting susu yang sebelah kiri yang membuat Mbak Ras semakin ngos-ngosan. Tangan saya sebelah kiri mulai nakal dengan menyusupkan jari-jarinya ke celana tidurnya yang belum dibuka. Tangan mbak pun tidak mau kalah, dia pun mulai mencari-cari sesuatu di selangkangan saya dan setelah menemukannya dia pijat dengan lembut. Kemaluan saya yang merasakan ada rangsangan dari luar celana semakin meronta minta keluar. Mbak Ras yang sudah berpengalaman itu kemudian membuka reitsleting celana saya dan kemudian melorotkannya ke bawah dengan menggunakan kakinya karena dia tidak bisa membungkuk sebab dadanya sekarang masih berada dalam kekuasaan saya.

Setelah CD saya dibuka, tangannya yang sekarang lebih nakal mulai mengocok perlahan batang kejantanan saya dan itu jelas saja membuat saya terbang tinggi, sebab baru kali ini batang kejantanan saya yang satu ini dipegang oleh tangan seorang wanita yang lembut. Mbak Ras makin menjadi ketika jilatan saya turun ke perutnya dan bermain di sekitar pusarnya dan kemudian dengan sekali tarik celana tidur yang dari tadi menghalangi pemandangan indah saya buka dan sekarang di depan saya berdiri seorang wanita hanya dengan celana dalam krem yang jika diperhatikan lebih seksama bisa dilihat transparan, tapi siapa yang sempat melihat ketransparanannya itu kalau sudah terangsang.

Jilatan saya turun agak ke bawah menuju ke kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu yang rapi namun karena sudah basah terlihat acak-acakan. Saya menjilati liang kemaluannya dari luar CD-nya. Itu sengaja saya lakukan agar bisa lebih merangsangnya. Dan ternyata benar dia tidak sabar dan segera menurunkan CD-nya sendiri. Saya hanya tersenyum memandang ketidaksabarannya itu, dan jilatan saya lanjutkan tetapi tetap belum menyentuh lubang kenikmatannya itu yang membuat dia blingsatan dengan menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan yang bertujuan agar jilatan saya berlanjut ke liang kemaluannya. Saya lihat kemaluannya sudah banjir, karena tidak pernah merasakan cairan dari wanita maka jilatan saya pun merambah ke liang kemaluannya. Asin! tapi kok enak yah kata saya dalam hati.

Mbak Ras pun kembali mendesis keenakan, "Ahhh... terus Tango", ujarnya. Lidah saya pun mulai bermain cepat. Tiba-tiba tubuh Mbak Ras mengejang dan diikuti dengan desahan panjang, "Ahhh... nikmat sekati Tango. Pemanasan kamu sungguh hebat." Kemudian dia pun duduk di lantai kamar mandi dengan perlahan. Setelah puas dengan kemaluannya, saya kembali ke atas dan mencoba untuk melumat bibirnya. Bibir yang dari tadi mendesis tidak karuan itu kemudian melumat bibirku yang baru saja sampai di depannya. Lama kami saling melumat sambil tangan kanan saya memainkan puting susunya dan tangan yang satunya lagi mencari lubang kewanitaannya dan menekan-nekan klitorisnya yang jelas saja membuat lumatan bibirnya semakin menjadi.

Tangannya pun tidak mau kalah, sambil berpagutan dia mencari kembali batang yang tadi sempat dilepasnya karena kenikmatan yang dia rasakan. Setelah ketemu, kemudian dia mulai menggerak-gerakkan tangannya mengocok kemaluanku yang sudah sangat tegang dan membesar sambil sesekali mengusap bagian kepalanya yang sudah mengeluarkan cairan bening kental. Kemudian secara perlahan-lahan saya mendorong kepalanya ke belakang agar dia rebah ke lantai kamar mandi. Setelah dia rebah, Mbak Ras mendorong dada saya lembut yang membuat saya terduduk dan dia kemudian bangkit kembali. Saya terkejut, saya mengira dia telah sadar dengan siapa dia sedang bermain, namun dengan seketika keterkejutan saya hilang sebab dia kemudian dengan sikap merangkak memegangi kelamin saya dan kemudian dia malah memasukkan kelamin saya ke mulutnya.

Ahh... terasa nikmat sekali sebab Mbak Ras sangat pandai memainkan kemaluan saya di dalam mulutnya. Saya bisa merasakan lidahnya bermain dengan lincahnya. Saya juga merasakan kepala kemaluan saya dipermainkan dengan lidahnya yang lincah itu. Setelah bermain lama di bawah situ, mulutnya kemudian merambah ke atas menciumi perut, kemudian dada saya dan kemudian kembali ke mulut saya, namun karena saya tahu dia baru saja melepaskan mulutnya dari kemaluan saya, saya berusaha menghindar dari lumatan bibirnya dan mencoba agar dia tidak tersinggung dengan mencium pipinya dan kemudian telinganya. Tangan saya yang menganggur kemudian saya suruh bekerja lagi dengan mengusap-usap selangkangannya dan terdengar dia berbisik kepada saya, "Masukkan ahhh... sekarang yahhh, Mbak udahhh kepingin... banget.. nih... ahhh."

Saya kemudian mengambil inisiatif dengan mendorong Mbak Ras agar kembali rebah dan dengan perlahan dia menuruti kemauan saya dengan rebahan di lantai kamar mandi. Saya kemudian mengambil segayung air dan menyiramkan ke tubuhnya dan kemudian satu gayung lagi untuk disiramkan ke tubuh saya sendiri.

Setelah kami berdua basah, tangan kanan saya kemudian meremas-remas dadanya sedangkan tangan kiri saya memegang kejantanan saya menuju ke lubang sejuta kenikmatan. Mbak Ras pun sudah siap menerima terjangan saya dengan membuka kedua kakinya agar memudahkan saya memasukinya. Dengan perlahan tapi pasti saya mencoba untuk memasukkan kepunyaan saya yang dari tadi sudah tegak ke kemaluannya. Namun karena sudah lama dia tidak tersentuh laki-laki, membuat saya agak susah juga untuk menancapkannya. Beberapa kali saya arahkan batang saya, namun agak susah untuk berhasil, dan setelah beberapa tusukan, akhirnya kelamin saya masuk dengan sukses ke selangkangannya. Yah, cengkeraman liang kemaluannya sungguh nikmat, karena saat itu liang kemaluannya sangat sempit dan itu sudah membuat saya merem melek, dan dengan gerakan pelan saya mulai menaik-turunkan pinggul saya. Saya melihat Mbak Ras mengerang kenikmatan sampai bola matanya hilang, dan dia juga meggerak-gerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan dengan maksud agar semua ruang di liang kemaluannya terjejali dengan kemaluanku yang sudah mulai memompa. Setiap pompaan membuat dia mendesah tidak karuan.

Setelah beberapa menit, dia kemudian memelukku dengan erat dan membalikkan tubuhku dan tubuhnya. Kini dia sudah berada di atasku, dan gantian dia yang menaik-turunkan pinggulnya mengejar kenikmatan yang tiada tara. Sementara itu tanganku yang sudah bebas kembali memainkan susunya dan mengusap-usap punggungnya.

"Ssaayyaaa... udah ahhh... mau... keeeluar nihhh..." desahnya.
Mendengar desahannya yang begitu seksi saya semakin terangsang dan saya mulai merasakan ada sesuatu tenaga dalam yang ingin dikeluarkan dan semua sepertinya sudah terkumpul di kejantanan saya.
"Saya juga udah mau keluar Mbak...!" desis saya mempercepat gerakan pinggul saya dari bawah.
"Tahann... sebenntaarr..." katanya.
"Biaaarrr... Mbak kee... luar dulu... ouhh..."
Saya pun mengerti untuk tidak mengeluarkannya di dalam, sebab dengan alasan apapun saya tidak mau sperma yang saya keluarkan ini menjadi anak dari rahim bibi saya. Saya berusaha untuk menahan, sesaat kemudian terasa cengkeraman di kelamin saya terasa kuat dan terasa hangat, tubuh Mbak Ras kembali mengejang. Kalau saya tidak mencabut kemaluan saya dengan sedikit mendorong perut Mbak Ras, mungkin saya pun akan mengalami orgasme bersamaan dengan Mbak Ras. Untung saja saya sigap, sesaat kemudian Mbak Ras terkulai lemas di atas tubuh saya menikmati sisa-sisa kenikmatan. Paha saya terasa hangat karena pelumas yang keluar dari liang kemaluan Mbak Ras.

Saya pun memeluknya, dan membalikkan tubuhnya karena saya belum terpuaskan saya pun kembali merangsang Mbak Ras dengan jilatan di sekitar selangkangannya. Setelah berkisar 3 - 4 menit Mbak Ras kembali terangsang dan menyuruh saya memasukkan lagi kepunyaan saya ke dalam kemaluannya. Tanpa ba-bi-bu lagi, langsung saya tancapkan ke dalam kemaluannya. Kali ini lebih mudah karena kemaluan kami berdua memang telah licin. Setelah memompa beberapa menit, saya kembali merasakan gelombang kenikmatan dan dengan segera saya mencabutnya dan mengocok-ngocoknya dengan tangan sendiri. Namun tidak disangka, Mbak Ras kemudian menangkap kemaluan saya dan menggantikan tangan saya dengan tangannya dan kemudian memasukkan kemaluan saya ke dalam mulutnya. Ahhh... terasa sungguh nikmat, apalagi permainan lidahnya membuat saya tidak bisa bertahan lama dan akhirnya semua saya keluarkan di dalam kuluman mulutnya.

Tapi saya tidak melihat dia melepaskannya, dia seakan tidak mau melepaskan kemaluanku yang sedang muntah dan dia menghisap habis semua muntahannya tanpa sisa. Setelah saya merasakan pelumas dari dalam tubuh saya habis, batang kemaluan saya pun perlahan-lahan kembali mengecil. Melihat hal itu, Mbak Ras kemudian melepaskan batang kemaluan saya, dan tersenyum kepada saya. Kemudian dia berbisik, "Tango, terima kasih yah, Mbak udah lama nggak menikmatinya dari pamanmu, entar lain kali kalau ada kesempatan bisa kan kamu puasin Mbak lagi?" Dengan masih terduduk di lantai saya mengangguk sambil tersenyum nakal kepada Mbak Ras. Kemudian kami pun mandi sama-sama, saling membersihkan diri dan sesekali tangan saya bergerak nakal menyentuh payudaranya yang tadi pentilnya sempat mencuat.

Setelah kejadian pertama itu, kami pun sering melakukannya di hari Minggu atau hari-hari libur dimana keadaan rumah sedang sepi. Kadang di kamar mandi, kadang di kamarnya. Namun setelah beberapa bulan kami melakukanya, dia mendengar bahwa suaminya yang di luar negeri sudah menikah lagi dan dia pun memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya di Jakarta. Dan setelah kepergiannya atau lebih tepatnya kepulangannya ke Jakarta saya tidak pernah mendengar kabarnya lagi sampai sekarang.


TAMAT

Sedarah : 002 : KAKAK IPARKU YANG KUCINTA
[ Score: 6.01, Vote: 148 ] -
Sebelumnya saya memperkenalkan diri saya seorang executive muda berumur tigapuluhan tahun. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1985 yang lalu dikala saya masih berpacaran. Pada saat itu saya mulai melakukan wakuncar setiap berakhir minggu dan akhirnya saya mengetahui bahwa saya memiliki calon kakak ipar yang bahkan lebih menarik ketimbang calon isteri saya. Saya mulai berpikir untuk mengalihkan perhatian saya kepada calon kakak ipar dan ia pun mulai bereaksi. Dari sorot matanya ia memang juga tertarik kepada saya, bahkan selalu mau untuk diajak jalan-jalan bersama sekeluarga. Saya terus mengadakan pendekatan dengan dia kemana pun dia pergi, namun dengan tetap menjaga perasaan calon isteri saya. Sampai akhirnya sebelum rencana menikah dengan calon isteri saya, saya memberikan dia kesempatan untuk berterus terang menanyakan dia apakah dia mencintai saya? Namun ia dengan menangis ia membohongi dirinya dengan mengatakan bahwa ia tidak pernah mencintai saya, dan akhirnya saya memutuskan untuk menikahi calon isteri saya atau adik kandungnya.

Selama pesta pernikahan ia terlihat murung dan berusaha menyembunyikan perasaannya, namun ia selalu mengawal kemana kami pergi hingga pesta berakhir. Hal ini membuat saya merasa sangat berbahagia sepertinya saya menikahi dua gadis sekaligus. Waktu terus berlalu dan saya tidak pernah berjumpa lagi dengan kakak ipar saya.

Suatu kali, isteri saya melahirkan dan mertua saya memintanya untuk tinggal sementara di Pondok Mertua Indah sepulang dari rumah sakit bersalin. Hal ini membuat saya senang karena saya membayangkan akan sering berjumpa dengan kakak ipar saya lagi. Rumah tersebut cukup besar serta dilengkapi oleh beberapa kamar mandi di lantai dasar dan di lantai atas. Pada suatu kali, secara tidak sengaja saya mendengar ada orang mandi di lantai dasar dan sepintas terlihat bahwa yang sedang mandi adalah kakak ipar saya. Jantung saya berdegup keras karena baru kali ini saya melihat pemandangan yang sangat luar biasa. Mula-mula dia menanggalkan seluruh pakaiannya, lalu mulai menyirami tubuhnya yang putih mulus dengan air dan mulai menggosoknya secara lembut dengan sabun. Diusapnya wajahnya dengan sabun, lalu diangkatnya ketiaknya dan diusapkannya terus ke payudaranya.

Disinilah ia mulai mengelus dan memijat payudaranya selama beberapa menit dan ia terlihat sangat menikmatinya. Lalu diangkatnya sebelah kakinya ke atas bath cuip dan ia mulai menggosok bagian selangkangannya. Mulai dari ujung kaki, naik terus dan sampailah pada gundukan rambut lebat dan digosoknya perlahan-lahan dengan lembut dan berkali-kali. Tiba-tiba kepalanya menengadah dan bibirnya mulai mendesis perlahan. Ia terlihat sangat menikmatinya. Setelah itu ia mengambil sebaskom air mawar dan dibasuhnya bagian kewanitaannya yang sangat sensitif itu. Mungkin agar bagian tersebut menjadi harum baunya. Jantung saya berdegup sangat keras dan hampir hilang kesadaran saya melihat wanita yang saya cintai berada dalam keadaan tanpa busana dan melakukan sesuatu yang sangat exciting di hadapan saya.

Setelah kejadian itu, saya makin sering berusaha menunggu waktu ia mandi dan semakin sering saya mencuri-curi pandang kepadanya namun ia sepertinya telah kehilangan semangat dan tidak mau secara langsung membalas isyarat dari saya. Di hadapan isteri saya ia selalu memuji bahwa saya dikatakan tampan oleh kawan-kawannya yang menjenguk isteri saya dan kawan-kawannya senang mengobrol dengan saya. Saya merasa bangga dan merasa yakin bahwa ia juga mencintai saya hingga suatu ketika isteri saya pergi ke rumah sakit dengan diantar oleh mertua saya dan rumah dalam keadaan sepi karena semua penghuninya belum pulang dari tempat pekerjaan masing-masing. Pada saat itu saya baru saja pulang dari kantor dan langsung menuju ke kamar kami. Belum sampai ke kamar, saya melewati kamar kakak ipar saya yang pintunya terlihat terbuka. Dengan rasa penasaran, saya mengintip ke dalam dan saya melihat ia sedang tertidur dengan mengenakan baju yang tipis dan minim hingga tersingkap pahanya yang putih dan mulus dan buah dadanya yang kencang menantang. Kesempatan ini tidak saya sia-siakan, saya masuk ke kamarnya dan menguncinya. Mula-mula saya mengelus kakinya sampai menuju pahanya. Di sini ia mulai bereaksi dan mulai terbangun. Ia sangat terkejut ketika melihat saya ada di sisinya, namun saya tidak memberikannya kesempatan lagi untuk berbicara dan segera menyumpal bibirnya dengan ciuman.

Mula-mula ia meronta, "Ugghhh... ughhh... ughhh..." namun akhirnya ia pasrah saja untuk saya ciumi. Mulai dari lehernya saya ciumi, sementara tangan saya mulai meraba pahanya yang mulus sampai ke pangkal pahanya. Kancing bajunya saya preteli satu persatu hingga tinggal BH dan CD-nya saja yang tertinggal. "Jangan Dre... nanti ada orang..." gumamnya, namun saya tidak menjawab tetapi terus aktif bekerja di selangkangan serta mulai menghisap pentil payudaranya yang kecil mungil berwarna pink muda dengan lingkaran coklat transparan.
"Uggghh... Ughhh... ssst... ssst... ssst..." dia menggerinjal ketika jari saya mulai menyentuh bibir kemaluannya yang sudah basah berat. Pantatnya mulai diangkat menandakan ia sudah lepas kendali dan menikmati permainan ini. Putingnya mengeras dan ia mulai menekan kepala saya agar saya lebih keras lagi menghisap putingnya. "Auchhh... ssst... ssst... ssst Dre", rangkulannya semakin kuat dan bibirnya semakin ganas mencium seolah tak ingin berpisah lagi selamanya. "Dre... Dre..." berkali-kali ia bergumam, lalu secepat kilat ia menangkap batang kemaluan saya dan mulai meremas-remas. Seketika itu juga ia melorotkan celana saya dan membuka baju saya dan mulai mengarahkan batang kemaluan saya ke liang kemaluannya.
"Jangan San... jangan, kamu kan masih perawan."
"Tidak apa-apa Dre, kamulah cinta saya yang sejati, milikilah saya walaupun saya tidak dapat memilikimu Dre..."
Lalu ia pun memeluk saya semakin kuat dan membimbing batang kemaluan saya masuk ke dalam lubang kemaluannya dan bersatu dengan tubuhnya dalam awan-awan surgawi.

Saya mulai mengegesek-gesek bagian luar kemaluannya dan mulai menekan sedikit demi sedikit. Ia semakin menggelinjang dan secepat kilat mencengkram pantat saya dan menekannya ke bawah hingga seluruh batang kemaluan saya terbenam ke dalam miliknya. "Sssst... ssst... ssst... aacch..." ia merasakan sedikit kesakitan namun rasa nikmat mengalahkan rasa sakitnya. Saya mulai mencabut kembali batang kemaluan saya dan mulai memompa naik turun, hasilnya ia mulai meracau tidak terkendali lagi. "Dre... aaach... saya sayang kamu Dre... saya cinta kamu Dre... milikilah saya Dre..." pantatnya ikut diangkat naik turun mengikuti pergerakan saya semakin cepat hingga akhirnya ia memeluk saya sekencang-kencangnya serta melumat bibir saya sekuat-kuatnya lalu berkejut-kejut dan akhirnya hening. Saya menyadari kalau ia telah mencapai orgasme, maka saya meneruskan memompa dan ia pun mulai kembali lagi mengikuti irama saya. Akhirnya saya merasakan sesuatu mendesak di ujung batang kemaluan saya dan ia pun memeluk saya semakin kuat hingga akhirnya "Srreett... sret... ssrett... Aachh..." seperti tanggul bobol kami merasakan orgasme bersama. Tubuh kami menyatu bermandikan peluh.

Rasa puas, senang, bersalah berkecamuk menjadi satu di antara kami.
"Dre... anggaplah kita tidak pernah melakukan hal ini walaupun saya secara sadar mencintaimu, namun saya tidak mau menyakiti perasaan adik saya. Biarlah cinta kita menjadi cinta sejati dan akan kukenang sampai aku mati."
"San maukah kamu menjadi isteri saya yang kedua dan tinggal bersama kami? Saya berjanji akan membahagiakan kamu bersama adikmu menjadi satu keluarga."
"Tidak Dre, lebih baik saya pergi daripada menyakiti perasaan adik saya karenanya kamu harus menjaganya dan membahagiakannya selamanya, berjanjilah..." Saya hanya mengangguk mengiyakan.

Seminggu kemudian, isteri saya memutuskan untuk kembali ke rumah sendiri karena sudah cukup kuat untuk melakukan kegiatannya sehari-hari dan sejak itu pula saya tidak pernah bertemu dengan kakak ipar saya. Tiga bulan kemudian, saya mendengar kalau kakak ipar saya dilamar oleh seorang duda tua seorang pengusaha yang sukses.